Friday, May 2, 2008

Koleksi Puisi

Dongeng Sang Mangsa

Saban waktu kita termanggu
di sudut ini
di sekeliling meja kopi bulat
mengutip cerita-cerita luka
lalu kita anyam ia dengan keluhan
dan kita gubah ia menjadi kekecewaan
dengannya kita bina perisai keluli
pada diri
agar kita dapat berselindung
dari kebenaran
agar kita dapat menuding jari
dan menghukum.

Saban waktu kita bebas
berlegar di kaki lima ini
menjaja dongeng lara
lalu kita teguhkan ia
dengan tangisduka
dan kita selangi
dengan airmata
dengannya kita gali sebuah lubang besar
agar kita dapat longgokkan
kesalahan orang lain
agar kita dapat menimbus
kelemahan diri.

Saban waktu kita menjunjung simpati
supaya orang akan berkata
memang kita insan teraniaya
kita mangsa keadaan
kita mangsa penindasan
dengannya kita bina tugu yang kuat
supaya kita dapat mampu
tegak berdiri
menjulang diri
dan melaungkan
kita di pihak yang benar.

Saban waktu kita berperang
dengan diri
sedangkan kita yang memilih
untuk kekal mangsa
kita menjulang darjat si pemangsa
kita menolak maruah
ke lubuk kehinaan
lalu yang benar-benar arif
akan bertanya
siapa mangsa
dan siapa pemangsa?


Chazz Ismail
Kuala Lumpur


Di sini, dari kubu ini

(i)
Kelmarin, kita semua berlindung
di kubu ini
kita berkongsi ceritera
duka pengorbanan
kita saling menjalin airmata dan darah
dengan doa
ketika kita menangkis
reda ledakan meriam Portugis
ketika kita menanti
bendera putih Yamashita
di sini, di kubu ini
kita sama-sama menyusun tapak
derita kita gubah
menjadi rentak perjuangan
dan, ketika Union Jack menyembah bumi
di sini, dari kubu ini
kita sama-sama bersorak
tanah ini tanah merdeka.

(ii)
Semalam, kita semua berlindung
di kubu ini
kita berkongsi nafas kehidupan
kita saling mengubat
resah bimbang
ketika kita tekun menyulam angan
menjadi kenyataan
ketika kita gagah mengukir kejayaan
di sini, di kubu ini
kita sama-sama menanam semangat
teguh azam kita mekar menjadi tekad
dan, ketika panji-panji kita
berkibar di puncak
di sini, dari kubu ini
kita sama-sama laungkan
bangsa kita bangsa berdaulat.

(iii)
Hari ini, kita sama-sama
menimbus kubu ini
meskipun kita semua tahu
di sini, dari kubu ini
tempat bermula segalanya.


Chazz Ismail
Kuala Lumpur

Koleksi Puisi Teluk Jerjak

Teluk Jerjak I

Ketika kaki memijak
bumi Teluk Jerjak
langit mendungnya seakan teresak
menahan sebak yang berkurun
tak terluah
sudah lama hatinya terpinggir
sudah lama kasihnya tersingkir
saban Aidilfitri
tanah ini termanggu
tercatuk di serambi waktu
menunggu kepulangan
anak menantu.

Teluk Jerjak
desa yang kian dilupa
namun ku tahu
harapannya masih ada
semangat lama tetap
seperti sediakala
biar tersorok terpesok
di celahan rimba
penduduk desa ini masih ada
kasih sayang mereka
masih bergelora
kesetiaan mereka
kekal membara
terkubur di pusara tua.

Chazz Ismail
Telok Jerjak, Pahang

Teluk Jerjak II
(Berita Minggu, 20 Disember 2007)

Teluk Jerjak
dendangkan kembali ceritera lukamu
senandungkan kembali lagu sayu
serulingmu
biar hanya pada Sungai Pahang
yang mengalir lesu
dia akan mengerti duka-laramu
dia akan memahami sedih-pilumu
biar bait-bait rasamu hanya terdampar
lesu pada tebing sasa.

Teluk Jerjak
lepaskan rindumu yang tak terbendung
luahkan gurindam jiwamu
biar hanya yang pada pohon-pohon
rimba
mereka akan merasa nafasmu
mereka akan tertiup semangatmu
biar resah-rindumu hanya meratap pilu
pada kehilangan.

Teluk Jerjak
kini aku datang untuk mendengar ceriteramu
mendakap rindumu
agar kau kembali tersenyum.

Chazz Ismail
Telok Jerjak, Pahang